Minyak Melonjak Lebih dari 1% Didorong Prospek Pasokan yang Lebih Ketat
Friday, March 29, 2024       05:12 WIB

Ipotnews - Harga minyak melonjak lebih dari USD1 per barel, Kamis, mengakhiri bulan ini dengan kenaikan di tengah prospek OPEC + tetap pada jalur pengurangan produksi, serangan yang sedang berlangsung terhadap infrastruktur energi Rusia dan penurunan jumlah rig Amerika yang memperketat pasokan minyak mentah.
Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Mei, patokan internasional, ditutup melambung USD1,39 atau 1,6% menjadi USD87,48 per barel, level tertinggi sejak 27 Oktober. Kontrak Juni yang diperdagangkan lebih aktif ditutup pada posisi USD87 per barel, melesat USD1,58, dengan kontrak Mei berakhir Kamis.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Mei, melejit USD1,82 atau 2,2% menjadi USD83,17 per barel, demikian laporan  Reuters,  di New York, Kamis (28/3) atau Jumat (29/3) pagi WIB.
Sepanjang pekan ini, Brent menguat 2,4% dan WTI sekitar 3,2%. Kedua tolok ukur tersebut berakhir lebih tinggi selama tiga bulan berturut-turut.
Pada sesi sebelumnya, harga minyak berada di bawah tekanan dari kenaikan tak terduga dalam persediaan minyak mentah dan bensin Amerika, minggu lalu, didorong peningkatan impor minyak mentah dan lesunya permintaan bensin, menurut data Badan Informasi Energi (EIA).
Namun, peningkatan stok minyak mentah lebih kecil dari proyeksi American Petroleum Institute, dan analis mencatat kenaikan tersebut lebih rendah dari perkiraan untuk sepanjang tahun ini.
"Kami...memperkirakan persediaan minyak AS akan meningkat kurang dari biasanya sebagai cerminan dari defisit tipis pasar minyak global," kata analis SEB, Bjarne Schieldrop. "Hal ini kemungkinan akan memberikan dukungan terhadap harga minyak mentah Brent ke depan."
Tingkat pemanfaatan kilang di Amerika, yang naik 0,9 poin persentase pekan lalu, juga mendukung harga.
Jumlah rig minyak dan gas--yang merupakan indikator awal produksi di masa depan--juga turun tiga unit menjadi 621 rig dalam pekan yang berakhir hingga 28 Maret, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes.
Sementara itu, perekonomian AS tumbuh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya pada kuartal keempat. Produk domestik bruto tumbuh pada tingkat tahunan 3,4% dari laju yang dilaporkan sebelumnya sebesar 3,2%, kata Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan.
Data inflasi juga menegaskan alasan bagi Federal Reserve untuk menunda pemotongan target suku bunga jangka pendeknya, kata Gubernur Fed, Rabu, namun dia tidak mengesampingkan pemangkasan suku bunga pada akhir tahun ini.
"Pasar cenderung sejalan dalam memperhitungkan Juni saat dimulainya pemotongan suku bunga bagi the Fed dan Bank Sentral Eropa," kata analis JPMorgan. Suku bunga yang lebih rendah mendukung permintaan minyak.
Investor akan mencermati isyarat dari pertemuan Joint Monitoring Ministerial Committee kelompok produsen Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) minggu depan.
Meningkatnya risiko geopolitik mendorong ekspektasi kemungkinan gangguan pasokan, namun OPEC + diprediksi tidak akan melakukan perubahan kebijakan produksi minyak sampai pertemuan tingkat menteri pada Juni.
Serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia juga meningkatkan sentimen seputar pengetatan pasokan minyak mentah global dan membantu mendukung harga minyak, kata mitra Again Capital LLC, John Kilduff.
"Ini adalah target utama, dan mereka tampaknya tidak mengindahkan permintaan pemerintahan Presiden Joe Biden untuk tidak menyerang infrastruktur energi Rusia," kata Kilduff. (ef)

Sumber : Admin

berita terbaru
Saturday, Apr 27, 2024 - 15:34 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of PSSI
Saturday, Apr 27, 2024 - 13:46 WIB
Emas Antam Naik Rp 7.000 Per Gram
Saturday, Apr 27, 2024 - 11:50 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of KKGI
Saturday, Apr 27, 2024 - 11:45 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of BBTN